Author Topic: Dampak dari narkoba yang begitu menyiksa, mengapa masih banyak yang memakainya.  (Read 9601 times)

antaraaku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 217
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
saya sering sekali  bertemu dengan orang yang memakai narkoba. padahal mereka tahu dampak dan akibat dari pada narkoba.
mengapa mereka memakai narkoba??
faktor apa sih yang membawa orang memakai narkoba??  
yang saya gak ngerti mereka tidak berfikir akibatnya padahal mereka sendiri tahu itu sANGt berbahaya.

 mungkin teman2 punya pendapat atau mugkin pengalaman yang sama seperti saya.
kita diskusikan ya temaN2.
« Last Edit: February 07, 2010, 03:10:02 pm by Forumdiskusi »

dina_i_loveyou

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 172
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
inilah yang harus di mengerti oleh remaja saat ini

1.Pribadi bebas narkoba
Menjadi remaja yang tahan godaan, tahan banting, memang sebuah perjuangan. Dari menyelamatkan diri dari berbagai godaan sampai menepis narkoba bukan hal yang mudah. Sebuah penelitian menemukan lebih dari 70% remaja di Jakarta pernah ditawari narkoba. Bagaimana kita sebagai orang tua dapat mengenali remaja kita? Remaja seperti apa sebenarnya yang tahan banting?

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa, diketahui bahwa remaja yang tahan banting adalah remaja yang memiliki ‘HOPES’. HOPES merupakan singkatan dari kepatuhan Hukum, arahan Orang tua, Persepsi kesehatan, kematangan Emosional dan Spiritual.

Kelima hal itu ditemukan melalui sebuah studi faktor protektif yang melibatkan lebih dari sebelas ribu remaja SMP dan SMA di Jakarta. Dengan asumsi bahwa ada sekitar 8%-12% remaja di Jakarta yang pernah menggunakan narkoba, studi ini mempunyai misi yang lain. Misinya adalah menanyakan kepada remaja yang belum pernah menggunakan narkoba mengapa mereka tidak tertarik untuk mencoba-coba narkoba seperti sebagian temannya yang lain.

Empat jawaban tertinggi pada pertanyaan ‘mengapa kamu tidak tergoda narkoba’ adalah faktor spiritual, kesadaran kesehatan, pengaruh orang tua, dan hukum. Namun, untuk mempermudah mengingat faktor-faktor tersebut yang saya singkat menjadi kata HOPES ini, jika dilihat dari urutan faktor terpenting harus dilihat terbalik. Faktor paling belakang (Spiritual) ternyata adalah faktor terpenting.

2.Kesadaran hukum
Adanya hukum serta penegakannya yang jelas dapat menimbulkan deteren efek pada masyarakat. Hal ini diakui beberapa responden remaja pada penelitian di atas.

Salah satu hal yang menyebabkan remaja tidak berani bermain dengan narkoba adalah takut ditangkap polisi dan dihukum keras jika tertangkap tangan. Walau seakan-akan di sisi lain ada remaja yang mengambil risiko untuk menggunakan narkoba dan yakin tidak akan tertangkap, ternyata kejelasan hukum dan penegakannya jelas telah memberi efek takut pada remaja kita.

Bahkan, lebih jauh, berdasarkan sebuah deklarasi yang dicanangkan beberapa bulan lalu oleh remaja se-Asia Pasifik di Bali, remaja setuju dengan sebuah kebijakan pemerintah yang memihak pada mayoritas. Kebijakan yang menolak segala penyalahgunaan narkoba dan semua terapi penyembuhan yang menggunakan cara-cara pengurangan dampak buruk seperti terapi substitusi metadon dan pembagian jarum suntik. Menurut mereka, rehabilitasi perlu diusahakan ke arah abstinensi dan bukan sekadar mengurangi dosis.

3.Arahan orang tua
Responden mengakui bahwa peran nasihat dan batasan yang pernah mereka dapatkan dari orang tua mereka sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan situasi yang mengharuskan mereka memilih.

Seorang ahli ilmu keluarga dari Universitas Minnesota, Dr Allen di tahun 2002 menyatakan bahwa membuat batasan dalam hidup anak itu sama seperti membangun pagar di sepanjang jembatan. Pagar ini adalah pagar kasih yang melindungi anak dari bahaya fisik dan psikologis di kehidupan sehari- hari. Ellen Galinsky dari Ohio State University menambahkan bahwa ‘pagar’ ini justru membuat anak merasa lebih aman dan dicinta.

Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa keterlibatan aktif orang tua dalam hidup anak dapat mengurangi risiko anak terkena narkoba. Penelitian yang dilakukan oleh NIDA (National Institute of Drug Abuse, Amerika) di tahun 2002 menemukan bahwa orang tua yang berkomitmen untuk makan bersama anak setidaknya 4-5 kali seminggu akan menurunkan risiko anak terkena narkoba hingga 50%.

4.Persepsi kesehatan
Persepsi di sini bicara tentang dua hal. Pertama, persepsi remaja terhadap pengaruh narkoba pada kesehatan mereka. Kedua, persepsi remaja tentang pentingnya mengadopsi gaya hidup positif.

Peran kedua persepsi terhadap pilihan-pilihan yang diambil remaja dalam hidupnya sangat besar. Persepsi yang melandasi munculnya niat atau motif untuk turut atau tidaknya ke dalam perilaku berisiko seperti narkoba dan seks bebas, misalnya. Eksposure yang memadai atas hal ini akan menumbuhkan persepsi tentang pentingnya kesehatan dan gaya hidup positif.

Ada pertanyaan sederhana yang dapat kita tanyakan kepada remaja kita untuk mengecek persepsi mereka tentang narkoba. Tanyakan kepada mereka mana yang benar, narkoba berbahaya karena ilegal atau narkoba ilegal karena berbahaya?

5.Kematangan emosi
Remaja dianggap sebagai masa topan-badai sehubungan banyaknya perubahan yang terjadi pada dirinya (fisik dan emosional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mampu mengendalikan dirinya (tidak mengikuti dorongan yang meletup-letup) ternyata lebih bisa terhindar dari masalah narkoba.

Kematangan emosi juga terkait dengan bagaimana mereka mengatasi persoalan yang muncul. Mereka yang mampu menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin ternyata lebih terhindar dari bahaya narkoba.

Membiasakan remaja untuk mampu mengambil keputusan secara rasional dan mandiri merupakan salah satu cara yang sangat disarankan untuk para orang tua.

6.Spiritual
Hal yang paling menarik yang ditemukan pada penelitian ini adalah jawaban responden terhadap apa yang membuat mereka tidak mau bereksperimen dengan narkoba. Mulai dari ‘takut masuk neraka’ atau ‘takut Tuhan marah’ sampai ke keyakinan remaja bahwa ‘narkoba itu kan dosa’.

Dasar iman pada diri remaja adalah salah satu faktor protektif terandal. Iman diyakini remaja dapat membawa mereka kepada keluhuran budi dan moralitas. Remaja mengakui kesetiaan mereka terhadap iman yang mereka pilih membawa sejahtera dan damai di hati. Ini adalah hal pribadi yang tidak dapat dipungkiri. Memang, kebenaran yang didasari iman itu akan tertanam dalam hati kita dan kelak menjadi lentera yang menerangi jalan ketika kita menghadapi tantangan dan pilihan dalam hidup.

Tingkat spiritual ini tentunya menjadi kompas bagi remaja untuk membuat pilihan-pilihan bijaksana mulai dari dunia online sampai kepada pilihan mengenai narkoba.


narkoba adalah neraka dunia jauhilah..........


Syahadat

  • Newbie
  • *
  • Posts: 24
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
saya sering sekali  bertemu dengan orang yang memakai narkoba. padahal mereka tahu dampak dan akibat dari pada narkoba.
mengapa mereka memakai narkoba??
faktor apa sih yang membawa orang memakai narkoba?? 
yang saya gak ngerti mereka tidak berfikir akibatnya padahal mereka sendiri tahu itu sANGt berbahaya.

 mungkin teman2 punya pendapat atau mugkin pengalaman yang sama seperti saya.
kita diskusikan ya temaN2.

Kamu beruntung belum pernah mencoba. Menyelami perikeadaan mereka, jauh didasar hati nurani mereka ingin terlepas dari belenggu kenikmatan itu. Tapi,... siapa yang mau mengabaikan kenikmatan ketika kenikmatan itu tengah melandanya? Kenikmatan narkoba sulit kita jabarkan bila kita sendiri tidak mencobanya. Ups... maksud saya bukan untuk membujuk Anda mencoba narkoba, JANGAN!
Kenikmatan narkoba dapat merusak syaraf pertahanan kita untuk dapat berpegangteguh pada prinsip. Pecandu narkoba menjadi rapuh, cengeng dan mudah berputusasa. Sehingga ia tidak dapat mengadakan perlawanan untuk memberontak dari belenggu kenikmatan.
Jadi, kalau kamu ingin kuat berprinsip,...jangan pernah mencoba narkoba sedikitpun. Sekali saja kamu mencobanya, maka prinsip kamu akan hancur laksana gunung garam yang terkena setetes air.

bengbeng

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 195
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
mereka itu bermacam-macAm awalnya
- karena pergaulan dan lingkungannya yang memaksa si anak untuk mencoba, misalkan dia gak mau terus sama teman2nya di bilang huh cemen luu, di situ lah dia berani, karena anak remaja paling gak suka menurut saya kalau dirinya di bilang gak pemberani.
-aku juga punya saudara yang makai narkobba saya tanya kan sama dia sebenarnya enak gak sih, dia bilang enak gak enak. jadi enaknya ketika pakai narkoba dan gak enaknya ketika sakau (kalau pengen pakai narkoba). setelah lama saya selidiki ternyata dia memakai narkoba karena  tidak di perhatikan orang tua maklumlah ibunya udah gak ada saat dia sd dan bapaknya saat itu punya istri lagi paling dia negok anaknya seminggu sekali dan kasih duit, mungkin itu yang membuat mereka jadi pemakai.

sebenarnya mereka yang memakai narkoba juga ingin berhenti tapi ya namanya udah nyandu susah.............kasian ya

untuk kita yang belum pernah jangan coba2 bisa2 jadi ketagihan sama rasanya.


Lawan_ku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 201
  • Nilai Diskusi: +1/-0
    • View Profile
    • Email
Faktor-faktor seseorang terjerumus memakai narkoba.
 1. Mempunyai anggapan bahwa narkotika / alkohol dapat
membuat mereka merasa hebat.
- kenyataannya dipandang rendah dan
hina oleh orang lain.

2. Dengan menggunakan narkotika / alkohol dapat
menyelesaikan masalah dan itu justru sebaliknya.
- kenyataannya lebih banyak
mendatangkan masalah

3. Dengan menggunakan narkotika / alkohol dapat
mendatangkan ketenangan
- kenyataannya mereka akan
senantiasa bimbang, takut dan susah

4. Dengan menggunakan narkotika / alkohol ingin
mendapat kesenangan
- kenyataannya kesenangan positif
yang lain lebih bermakna dan bermanfaat dan tidak membawa dampak pada akhirnya.

5. Meniru perbuatan idola mereka yang dikatakan akan
lebih kreatif dengan menggunakan narkotika / alkohol
- kenyataannya lebih banyak orang
menjadi kurang produktif dan kurang bertanggung jawab terhadap aktifitas mereka
karena menggunakan narkotika / alkohol

6. Mereka menduga dapat mengelak dari pada
ketergantungan narkotika / alkohol itu sendiri
- kenyataannya ketergantungan
terhadap narkotika / alkohol tidak dapat diperkirakan karena terpedaya dengan
nikmatnya dan rata-rata ketergantungan terjadi dalam waktu singkat.



antoni_mo

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 145
  • Nilai Diskusi: +1/-0
    • View Profile
    • Email
Pencegahan Dampak Buruk Narkoba pada Anak Sekolah

 Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan/adiksi.

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

 
Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental.  Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup).  Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

 

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305.  Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (lihat data narkoba BNN 2007) khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS  semakin meningkat dan mengancam. Dan dari keseluruhan kasus HIV/AIDS, hampir 50% penularannya dikarenakan penggunaan jarum suntik (narkoba) (Ditjen PPM&PL Depkes, 2007).  Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya (Joyce Djaelani Gordon-aktifis anti drugs & HIV/AIDS, 2007).

 

Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan.

 

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja.  Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang.  Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal.  Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima. 

 

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain.  Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented).

 

Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah.  Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak.  Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah.  Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.

 

Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan “tidak pada narkoba”.  Mengirimkan pesan yang jelas ”tidak menggunakan” membutuhkan konsistensi sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong kegiatan-kegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan kehidupan yang layak.

 

Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak.  Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh.


sumber :http://www.kesrepro.info

thegunners

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 245
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
"Berawal dari mencoba menjadi binasa tak bahagia di dunia apalagi di alam baka nantinya pasti masuk neraka"
                             janganlah bermain-main dengan narkoba.

hanyadia

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 197
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
Quote
"Berawal dari mencoba menjadi binasa tak bahagia di dunia apalagi di alam baka nantinya pasti masuk neraka"
                             janganlah bermain-main dengan narkoba.


gak pakai narkoba juga belum tentu masuk surga............. !!!!!!!!

Lawan_ku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 201
  • Nilai Diskusi: +1/-0
    • View Profile
    • Email
belum ada nih musisi yang nyiptain lagu buat para pecandu narkoba................. biar pada insyap...!!!

SOE.man...to

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 201
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
kalau gua pikir lebih aman hidup di perkampungan dari pada di kota kita hanya jadi korban karena lingkungan yang bebas...........

antaraaku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 217
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
Quote
kalau gua pikir lebih aman hidup di perkampungan dari pada di kota kita hanya jadi korban karena lingkungan yang bebas...........


tergantung orangnya juga bro.........kalau emang bandel ya di kampung juga nyolong ayam. emang di kota aja yang gak aman. kejahatan itu ada di mana2 kita sendri yang harus hati2.

putri_malu

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 136
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
orang tua berperan sangat penting terhadap anak2 nya. jangan  sampai terjerumus dalam dunia narkoba.

terindah

  • Newbie
  • *
  • Posts: 12
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
    • Email
sebenarnya kasian orng yang memakai narkoba kita dukung gan. bukn kita ejkin.

antaraaku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 217
  • Nilai Diskusi: +0/-0
    • View Profile
mencoba mencicipi narkoba sama saja menantang bencana...

Lawan_ku

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 201
  • Nilai Diskusi: +1/-0
    • View Profile
    • Email
Quote
Faktor-faktor seseorang terjerumus memakai narkoba.
 1. Mempunyai anggapan bahwa narkotika / alkohol dapat
membuat mereka merasa hebat.
- kenyataannya dipandang rendah dan
hina oleh orang lain.

2. Dengan menggunakan narkotika / alkohol dapat
menyelesaikan masalah dan itu justru sebaliknya.
- kenyataannya lebih banyak
mendatangkan masalah

3. Dengan menggunakan narkotika / alkohol dapat
mendatangkan ketenangan
- kenyataannya mereka akan
senantiasa bimbang, takut dan susah

4. Dengan menggunakan narkotika / alkohol ingin
mendapat kesenangan
- kenyataannya kesenangan positif
yang lain lebih bermakna dan bermanfaat dan tidak membawa dampak pada akhirnya.

5. Meniru perbuatan idola mereka yang dikatakan akan
lebih kreatif dengan menggunakan narkotika / alkohol
- kenyataannya lebih banyak orang
menjadi kurang produktif dan kurang bertanggung jawab terhadap aktifitas mereka
karena menggunakan narkotika / alkohol

6. Mereka menduga dapat mengelak dari pada
ketergantungan narkotika / alkohol itu sendiri
- kenyataannya ketergantungan
terhadap narkotika / alkohol tidak dapat diperkirakan karena terpedaya dengan
nikmatnya dan rata-rata ketergantungan terjadi dalam waktu singkat.

waaaaah takut.....jauhkan aku dari narkoba.!!!!!!!!