Author Topic: Mitos tentang baterai smartphone ini benar atau salah?  (Read 1641 times)

gepeng

  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 802
  • Nilai Diskusi: +4/-1
    • View Profile
Mitos tentang baterai smartphone ini benar atau salah?
« on: March 04, 2016, 04:43:09 am »
Merdeka.com - Dalam beberapa tahun belakangan, baterai smartphone menjadi makin kuat, dengan kapasitas daya yang juga besar. Namun hal ini dibarengi dengan jumlah fitur dan aplikasi yang makin memperbanyak konsumsi baterai. Hal ini pun menjadikan tips-tips lama yang digunakan untuk membuat baterai lebih tahan lama, tak lagi relevan untuk digunakan.

Ada juga beberapa mitos yang sebelumnya diterapkan dalam memperlakukan baterai agar lebih awet. Namun tidak pernah ada yang mengkonfirmasi kebenarannya. Masyarakat hanya menerapkannya, berharap baterai mereka lebih awet.

Berikut akan kami ulas beberapa mitos tentang baterai smartphone dan benar tidaknya mitos tersebut.

1. Anda harus menghabiskan daya baterai hingga 0 persen sebelum mengisi daya
Merdeka.com - Baterai di zaman dahulu, akan selalu 'lupa' dengan jumlah kapasitasnya, sehingga setiap baterai harus dipakai hingga 0 persen sebelum mengisi daya kembali. Tentu hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi di zaman sekarang. Namun apakah hal tersebut membahayakan baterai?

Jawabannya adalah tidak. Smartphone saat ini menggunakan baterai lithium-ion, yang tidak mempunyai masalah dengan memory layaknya baterai nickel cadmium ataupun baterai nickel-metal hydride.

Bahkan baterai lithium-ion bisa dicas kapanpun, karena setiap baterai bekerja dalam 'siklus isi daya.' Di mana jika Anda misal menggunakan 75 persen kapasitas baterai untuk satu hari, lalu mengecasnya penuh, lalu menggunakannya 25 persen di hari berikutnya, Anda telah melalui satu kali siklus dalam dua hari.

Jika baterai 'kuno' akan berkurang kapasitasnya jika tiap kali isi daya, baterai lithium-ion berkurang sangat sedikit kapasitasnya ketika siklus komplit. Sederhananya, setiap baterai lithium-ion didesain untuk tetap pada paling tidak 80 persen kapasitas meski sudah melalui siklus isi daya selama ribuan kali.


Merdeka.com - Kita selalu berasumsi kalau baterai akan rusak jika kita melakukan 'overcharge.' Oleh karena itu kita selalu menyesal ketika kita mengecas di malam hari lalu tertidur hingga pagi datang. Hal ini seringkali berbahaya, bahkan mampu meledak dalam kasus yang ekstrim. Namun apakah 'overcharge' adalah hal yang baik?

Jawabannya masih tidak. Smartphone dan charger keluaran terbaru sudah cukup canggih untuk mencegah hal tersebut terjadi. Hal ini dikarenakan ketika baterai penuh, smartphone mampu memutus aliran yang masuk ke baterai. Meski hal ini tetap tidak baik karena dengan pemakaian, bagaimanapun baterai kita akan berkurang kapasitasnya dan akan kembali terisi seketika. Namun hal ini sama sekali tidak masuk teknologi berbahaya.

Cara paling baik yang dapat dilakukan adalah, mempertahankan daya baterai di antara 40 persen dan 80 persen. Pasang jika di bawah 40 persen, copot jika sudah di atas 80 persen.


2.Mengecas baterai semalaman membuat baterai cepat rusak
Merdeka.com - Kita selalu berasumsi kalau baterai akan rusak jika kita melakukan 'overcharge.' Oleh karena itu kita selalu menyesal ketika kita mengecas di malam hari lalu tertidur hingga pagi datang. Hal ini seringkali berbahaya, bahkan mampu meledak dalam kasus yang ekstrim. Namun apakah 'overcharge' adalah hal yang baik?

Jawabannya masih tidak. Smartphone dan charger keluaran terbaru sudah cukup canggih untuk mencegah hal tersebut terjadi. Hal ini dikarenakan ketika baterai penuh, smartphone mampu memutus aliran yang masuk ke baterai. Meski hal ini tetap tidak baik karena dengan pemakaian, bagaimanapun baterai kita akan berkurang kapasitasnya dan akan kembali terisi seketika. Namun hal ini sama sekali tidak masuk teknologi berbahaya.

Cara paling baik yang dapat dilakukan adalah, mempertahankan daya baterai di antara 40 persen dan 80 persen. Pasang jika di bawah 40 persen, copot jika sudah di atas 80 persen.


3. Menutup aplikasi dapat membuat baterai lebih tahan lama
Merdeka.com - Banyak dari kita yang berpikir smartphone adalah laptop kecil, di mana jika banyak aplikasi terbuka, terlebih lagi yang terkoneksi internet, dapat menguras daya baterai. Oleh karena itu selalu menutup aplikasi setiap saat bisa jadi jawaban baterai lebih tahan lama. Benarkah demikian?

Jawabannya tidak. Smartphone punya cara kerja yang berbeda dibanding laptop ataupun komputer. Sebuah aplikasi smartphone, jika ditinggalkan, dia akan membeku dan tak melakukan apapun. Menutup aplikasi tak berpengaruh ke baterai, namun berpengaruh ke performa CPU.

Jika Anda menutup aplikasi dari smartphone, aplikasi tersebut akan memberi ruang di RAM. Meski RAM telah penuh dan butuh memori lebih, aplikasi pun akan secara canggih menutup dengan sendirinya. Tentu hal ini tak berhubungan langsung dengan tahan lamanya baterai atau tidak.

Hal yang lebih efektif dilakukan adalah mematikan fitur yang dapat menguras baterai, seperti notifikasi dari aplikasi tertentu, atau bahkan membuang aplikasi yang tidak kita pakai. Anda dapat memantau apa saja yang dilakukan aplikasi terhadap baterai di pengaturan baterai yang tersedia di masing-masing smartphone. Jadi jika ada sebuah aplikasi yang banyak memakan daya, mungkin saatnya aplikasi tersebut dihapus.

4.Anda harus menggunakan charger resmi yang dikeluarkan oleh tiap smartphone
Merdeka.com - Setiap pabrikan smartphone memang selalu menganjurkan untuk memakai charger resi yang dikeluarkan bersama smartphone. Namun bukan berarti menggunakan charger lain, atau charger yang lebih murah jadi berbahaya.

Hal ini dikarenakan semua charger saat ini menggunakan USB charger, dan semua USB charger telah distandardisasi. Meski ada perbedaan waktu isi daya di tiap charger, hal ini tak berpengaruh ke kualitas baterai.

Smartphone modern mampu menangani jumlah maksimal atau minimal power yang diperlukan untuk kapasitas baterainya. Jadi charger apapun tidak akan seberapa berpengaruh untuk baterai. Namun memang charger yang sesuai lebih cocok, karena sesuai dengan daya baterai. Jika tidak cocok, proses isi bisa memakan waktu berkali-kali lebih lama.

5.Mematikan bluetooth, Wi-Fi dan Location adalah cara ampun menghemat baterai
Merdeka.com - Kita memang terbiasa mematikan semua fitur jika tidak digunakan. Salah satu alasannya adalah untuk menghemat baterai. Namun apakah hal itu berpengaruh?

Jawabannya ya, namun tidak sebesar yang kita duga. Sebuah riset pernah dilakukan oleh MacWorld, untuk melihat bagaimana sebuah fitur berdampak pada baterai, dan ternyata hal tersebut tak berpengaruh. Contohnya mengaktifkan location, hal tersebut sama sekali tak mempengaruhi kurangnya daya baterai. Hal yang sama juga berlaku ke Wi-Fi, Bluetooth, GPS dan Airplane Mode, yang hanya menguras 30 menit waktu hidup baterai. Tidak sebanyak yang kita duga.

Bahkan saat ini, Wi-Fi yang digunakan setiap saat pun hanya memakan daya baterai secara normal, tidak seperti dulu yang menghabiskan baterai.

Hal paling nyata yang bisa menguras baterai smartphone adalah layar. JIka Anda sangat khawatir dengan daya baterai, matikan saja layar dan hidupkan jika diperlukan kembali.


SUMBER: http://www.merdeka.com/teknologi/mitos-tentang-baterai-smartphone-ini-benar-atau-salah.html

riosyam

  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 855
  • Nilai Diskusi: +14/-0
    • View Profile
    • Email
Re: Mitos tentang baterai smartphone ini benar atau salah?
« Reply #1 on: March 04, 2016, 10:28:03 am »

BENAR

3. Menutup aplikasi dapat membuat baterai lebih tahan lama
Merdeka.com - Banyak dari kita yang berpikir smartphone adalah laptop kecil, di mana jika banyak aplikasi terbuka, terlebih lagi yang terkoneksi internet, dapat menguras daya baterai. Oleh karena itu selalu menutup aplikasi setiap saat bisa jadi jawaban baterai lebih tahan lama. Benarkah demikian?

Jawabannya tidak. Smartphone punya cara kerja yang berbeda dibanding laptop ataupun komputer. Sebuah aplikasi smartphone, jika ditinggalkan, dia akan membeku dan tak melakukan apapun. Menutup aplikasi tak berpengaruh ke baterai, namun berpengaruh ke performa CPU.