Haiti menuntut 10 orang misionaris AS, karena mereka menculik anak-anak korban gempa. Mereka diduga melakukan kejahatan konspirasi dengan mencoba menyelundupkan 33 anak ke luar negeri. Pejabat Haiti mengatakan kasus ini akan diselidiki hakim agar dapat diputuskan proses selanjutnya. Bila terbukti bersalah, lima pria dan lima perempuan yang sebagian besar berasal dari Idaho itu akan dihukum penjara dengan waktu yang lama. "Saya merasa baik," kata pemimpin kelompok misionaris, Laura Silsby kepada wartawan. "Saya percaya pada Tuhan," katanya sebagaimanamana dilansir BBC (4/2).
Menteri Kehakiman, Paul Denis mengatakan mereka harus diadili di Haiti meskipun infrastruktur peradilan negara rusak, dan korban meninggal ada diantaranya para hakim dan staf pengadilan. Terdapat saran lain, bahwa ke 10 orang itu akan diadili di AS. "Ini adalah hukum Haiti yang telah dilanggar, harus dibawa ke pihak berwenang Haiti untuk menilai kasus ini," kata Paul kepada kantor berita AFP. "Saya tidak melihat adanya alasan mengapa mereka harus diadili di Amerika Serikat," katanya.
Ketika berhenti di perbatasan Jumat lalu, mereka mengatakan akan mengambil anak-anak untuk dibawa ke panti asuhan Republik Dominika. Namun beberapa anak diantaranya masih memiliki orang tua. "Dua puluh satu dari anak-anak desa itu diserahkan dengan sukarela oleh orangtua mereka," kata wartawan BBC, Paul Adams. Sejumlah orangtua yang tempat tinggalnya rusak mengatakan, mereka akan sulit menyediakan kebutuhan bagi anak-anak mereka jika mereka kembali.
"Tujuan kami adalah untuk membantu anak-anak yang sangat membutuhkan pertolongan, seperti yang telah kehilangan ayah dan ibu mereka," kata Silsby dari balik sel penjara. Para misionaris berjanji kepada orangtua, akan mendidik anak-anak mereka di negara Republik Dominika. Anak-anak yang dibawa bersama mereka rata-rata berusia dua sampai dua belas tahun. Kini mereka dalam perawatan Austria SOS Children Village di Port Au Prince.
liputan6.com