Tracy Trinita (29) melenggang anggun menjelang akhir acara peragaan busana dengan tema ”Kartini Masa Kini”, 21 April lalu di Jakarta. Ia memakai kebaya hitam tanpa lengan, yang memperlihatkan bahu model itu.
Itulah salah satu bentuk penerjemahan Ramli tentang kebaya untuk kartini (perempuan) masa kini. Bagi perancang senior ini, tidak ada aturan-aturan tertentu yang harus dia ikuti saat membuat kebaya. ”Yang paling penting harus memiliki daya pakai yang tinggi,” katanya.
Maka, selain membuat kebaya kutung, Ramli membuat kebaya lengan pendek yang dipadukan dengan rok pendek selutut. Kebaya-kebaya lain, yang kebanyakan dibuat dari sifon, dipadukan dengan celana panjang batik.
Inilah cara Ramli membuat kebaya agar mudah dipakai, untuk perempuan zaman sekarang yang sudah memiliki profesi sesuai dengan minat masing-masing, di luar kodratnya sebagai istri dan ibu di rumah. ”Sebagai perancang, saya ingin perempuan lebih percaya diri dengan penampilan masing-masing,” kata Ramli, yang selalu mempertahankan ciri khas bordir dalam setiap rancangannya.
Seperti Ramli, perancang kebaya Anne Avantie juga tidak mau kreativitasnya dikekang oleh pakem-pakem yang sering diberlakukan pada pakaian tradisional, seperti kebaya. ”Orang boleh saja memiliki pandangan berbeda tentang kebaya dan saya memandang kebaya sebagai pakaian tradisional yang bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman,” kata Anne.
Justru dengan inovasi, tambah Anne, keberadaan kebaya sebagai identitas bangsa bisa terus dilestarikan.
Anne sendiri tidak mudah mengawali langkah sebagai perancang kebaya pada tahun 1996. Dia yang merancang baju secara otodidak, tanpa pernah masuk ke sekolah mode, mengalami banyak rintangan ketika mengembangkan kebaya bergaya klasik menjadi kebaya modern yang sarat dengan modifikasi.
Kebaya rancangan Anne boleh dibilang ”nyeleneh”. Ia, misalnya, membuat kebaya dengan bagian belakang dipanjangkan seperti gaun pengantin ala Barat. Ia juga membuat bentuk kerah asimetris pada kebaya atau membuat lengan kebaya transparan, sementara bagian kebaya di badan penuh dengan bordir.
Karena model seperti inilah kebaya rancangan Anne sempat dianggap merusak citra kebaya nasional yang bergaya klasik. Anne masih ingat, sebuah surat kabar sampai menulis artikel berjudul, ”Ibu Kartini menangis melihat kebaya rancangan Anne Avantie.”
”Saya sempat syok dan sempat tidak ingin meneruskan merancang kebaya,” kenang Anne. Tetapi, ternyata di pasaran kebaya rancangan Anne laku keras. Dari tahun ke tahun pelanggannya semakin banyak. Ia semakin dikenal di luar Semarang, kota asalnya. Kalangan selebriti muda dari Jakarta dan istri pejabat pun mencari Anne bila ingin membuat kebaya.
Di tangan Anne, kebaya bisa menjadi sebuah industri meski belum dalam bentuk industri massal (ritel). Di Semarang, ia memiliki 300 pegawai yang bertugas menjahit, membordir, serta memasang aplikasi, payet, dan aplikasi lainnya.
Berkarakter
Perancang kebaya lainnya, Amy Atmanto, membawa kebaya ke gengsi yang lebih tinggi dengan menggelar peragaan di Harvey Nichols, Jakarta, 27 April lalu. Berpusat di Kota London, Inggris, Harvey Nichols Indonesia menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
Pada acara dengan tema "I am a Woman" ini, Amy tidak merancang kebaya berdasarkan tren, tetapi lebih terfokus pada cara dia memperlihatkan kepribadian dan aura pemakainya.
Meski demikian, Amy tidak menghilangkan ciri kemewahan kebaya-kebaya rancangannya, terutama dengan penambahan kristal Swarovski dan mutu manikam Nusantara. Apalagi, perancang kelahiran Jakarta ini adalah duta Swarovski Crystal sejak 2007.
Gaya elegan, mewah, dan klasik merupakan penerjemahan Amy terhadap karakter perempuan zaman sekarang yang berkarakter kuat, tahu apa yang diinginkan dalam hidupnya. ”Saya tidak mau orang pakai baju karena merek, tetapi harus sesuai dengan karakter. Aura, inner beauty seorang perempuan itu muncul lewat potongan kebaya,” kata Amy.
Dalam beberapa rancangan, Amy menggabungkan bahan dari luar negeri dengan kekayaan lokal, seperti bordir Tasik, songket, dan tentunya batik. Bahan sari, yang merupakan kain khas dari India, juga menjadi salah satu bahan yang digunakan untuk membuat kebaya oleh Amy.
Dalam memodifikasi model, Amy membuat kebaya mulai dari bagian belakang yang panjang, tangan pendek, tangan berundak-undak, hingga kebaya gaya baju adat Aceh. ”Kebaya saya menggambarkan aristokrasi perempuan Indonesia, perempuan berdaya, berkarier, dan santun. Perempuan yang karakternya kuat dan tidak takut mengenakan garis-garis kebaya yang dia suka,” katanya.
Sentuhan dunia mode membuat kebaya memiliki beragam kemungkinan modifikasi. Apalagi jika disesuaikan dengan karakter dan perempuan masa kini, seperti gambaran para perancang busana.
Sumber : Female.kompas.com