Pemerintah hingga kini masih menggodok aturan yang melarang warga untuk tinggal di kawasan pesisir Mentawai yang rawan tsunami. Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, mengatakan, relokasi penduduk Mentawai merupakan solusi tepat. Karena, selain rawan bencana tsunami, menurut penelitian, Pulau Mentawai juga akan tenggelam.
"Kalau Mentawai, tidak ada obatnya selain relokasi karena bukan hanya kena tsunami, tetapi pulaunya akan jatuh ke bawah," ujar Andi dalam diskusi polemik "Bencana dan Duka Indonesia" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/10/2010).
Opsi untuk relokasi penduduk Mentawai tersebut, kata Andi, disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat berkunjung ke Mentawai. Namun, opsi relokasi tersebut, menurut Andi, bukan hal yang mudah mengingat sulitnya membuat masyarakat percaya untuk pindah ke tempat yang disediakan nantinya.
"Membutuhkan waktu agar masyarakat percaya karena gempa itu kan masalah iman. Apakah betul akan ada gempa, tsunami, itu masalah iman," katanya.
Sementara itu, relawan bencana Hermawan Sulistyo dalam kesempatan yang sama mengatakan agar pemerintah memperbaiki manajemen penanggulangan bencana terlebih dahulu sebelum memikirkan opsi relokasi penduduk. Menurut dia, manajemen penanggulangan bencana yang ada saat ini masih berantakan karena koordinasi yang kurang jelas.
"Ini masalah manajemennya, di mana-mana demikian, ga usah di Mentawai," ujarnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyampaikan akan merelokasi penduduk pesisir Kepulauan Mentawai ke perbukitan. Pemerintah rencananya membangun 4.000 rumah sementara di perbukitan untuk penduduk pesisir tersebut.
Irwan Prayitno juga menyampaikan bahwa relokasi penduduk tersebut tidak mudah dilaksanakan mengingat sebagian besar penduduk Mentawai bermata pencarian sebagai nelayan.