Dua siswi kelas I SMP PGRI 3 di Banjar Tengah, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, kerauhan atau semacam kesurupan dan menari di kuburan.
"Kedua siswi kami, Gung Istri Dwi dan Ni Kadek Uci, menari di kuburan karena kerauhan pada Selasa (21/9/2010) pukul 08.00 Wita," kata I Wayan Sandia, salah seorang guru IPS di SMP 3 PGRI Peliatan.
Sebelum menari di kuburan, kata Sandia, kedua siswi itu menari dan memasuki masing-masing kelas. Melihat hal itu, para guru dan siswa lainnya hanya bisa mengikuti keinginan kedua siswinya.
Setelah memasuki masing-masing kelas yang berjumlah 17 unit, kedua siswi itu dengan nada bicara penuh magis mengingatkan kepada guru untuk memasang pelangkiran atau tempat memuja Tuhan bagi umat Hindu yang terbuat dari kayu.
Seusai memasuki kelas, Sandia mengatakan, kedua siswi itu menuju kuburan Desa Peliatan yang lokasinya dekat dengan sekolah itu.
"Perasaan kami tidak enak saat melihat dua siswi itu menari di kuburan," ujarnya.
Kemudian setelah menari di kuburan, jelas Sandia, kedua siswi itu kembali menuju Pura Mrajapati yang berada di dekat kuburan. Karena para guru dan siswa lainnya ketakutan, akhirnya pihak sekolah memanggil orang pintar guna menangani mereka.
Beberapa menit kemudian, ujar Sandia, orang pintar itu datang ke sekolah dan langsung membawa kedua siswi itu untuk ditangani.
Setelah diobati secara niskala (dunia gaib), akhirnya kedua siswi itu sadar dan bisa masuk ke sekolah lagi.
Ia mengatakan, kerauhan yang terjadi pada siswa-siswi SMP PGRI 3 Desa Peliatan terjadi sejak Sabtu lalu. "Satu per satu murid kami kerauhan," katanya.
Kerauhan itu juga sempat terjadi beberapa tahun yang silam, tetapi saat itu tidak berlangsung lama dan tidak berlanjut.